Pada awal pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana I, banyak beragam budaya di Indonesia yang menjadi pusat perhatian masyarakat. Kesenian yang mendapat perhatian besar yaitu seni musik Jawa dan tarian Jawa. Tema tarian yang dibuat pun tidak jauh dari aspek pertahanan dan keamanan karena pada saat itu Sri Sultan tengah menghadapi Kompeni Belanda. Teknik-tekniknya tidak berbeda jauh dengan latihan militer, ketegasan, ketegapan tubuh, kesungguhan dan semangat kehidupan. Tarian petama yang di ciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana adalah Tarian Wayang Wong (Wayang Orang), lakonnya adalah Gondowerdoyo. Gondowerdoyo memiliki sifat spirit patriotisme yang tinggi seperti Ramayana dan Mahabarata dengan mengemukakan patriotisme dari para ksatria Pendawa yang gagah dan berani dalam membela kebenaran.
Tarian Wayang Wong termasuk tarian kelompok yang sangat sederhana, karena tidak terlalu memperlihatkan kegemerlapan kostum dan piranti lainnya. Tarian ini lebih menceritakan tentang semangat dan penghayatan yang kuat terhadap karakter tokoh. Tetapi, setiap tarian wayang mempunyai ciri kostum atau busananya sendiri.
Penari-penari Wayang yang memiliki peran penting dalam tarian ini harus memiliki bekal yang cukup dalam melakukan tarian ini, sebab apabila tidak, penari akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan “dinamika dalam” dari karakter yang dibawakannya. Karena, pada waktu memerankan tokoh sebagai wayang, akan kelihatan ekspresi dari “gerak dalam” jiwanya, walaupun ia dalam keadaan tidak sedang menari (tancep atau duduk). Tarian Wayang Wong gaya Yogyakarta memiliki kaidah yang sangat ketat. Ada tata aturan yang tidak semua orang dapat mempelajarinya. Karena ada sesuatu yang terkandung dalam Joget Mataram, yaitu kesungguhan dalam mencari, menemukan, dan menggunakan kemanfaatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar